Profil

La Tahzan(Jangan Bersedih)

La Tahzan di ambil dari ayat Al-Qur'an dalam Surat At-Taubah Ayat 40.Dalam ayat itu di jelaskan supaya kita jangan bersedih karena ALLAH selalu bersama kita.

LA TAHZAN Kehidupan ini adalah kesempatan yang hanya bisa di rasakan setelah kita merasa kehilangan.

La Tahzan Innallaha ma'ana(Jangan bersedih sesungguhnya allah selalu bersama kita)

"Senyum itu ada bersama air mata,kegembiraan itu ada bersama kedudukan,karunia itu ada bersama bencana,dan pemberian itu ada bersama ujian"di ambil dari buku la tahzan(Dr.Aidh al-Qarni).

La Tahzan

Miracle things may come soon. Soon(Keajaiban hal yang mungkin segera datang. Segera).

إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يُرَى أَثَرُ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ

“Sesungguhnya Allah senang melihat bekas nikmat-Nya pada seorang hamba” (HR. Tirmidzi dan An Nasai).

Rabu, 28 September 2016

SENYUM TULUS

Assalamualaikum wr.wb Hayy Teman teman kali ini saya akan posting tentang Senyum Tulus , SETIAP orang mempunyai bibir tetapi tidak setiap orang terbiasa atau pandai tersenyum. Senyum sendiri memiliki dampak yang bermacam- macam. Ada orang yang hatinya teriris oleh “ senyum sinis”. Ada pula yang terjerumus oleh “senyum menggoda”. Tapi tak sedikit pula hati kita tergetar melihat “senyum ketabahan” dan “senyum ketegaran.” Dari bermacam senyum dan dampaknya itu, ada pula “senyum tulus” yang membuat hati kita bahagia. senyum yang lahir dari hati yang paling dalam, dari kerinduan ingin membahagiakan orang lain, dari kerinduan menghormati dan memuliakan orang lain. Rasulullah SAW telah mempraktekkan senyuman yang tulus di hadapan para sahabat. Di mata sahabat-sahabatnya, ia selalu hadir dalam wajah murah senyum, wajah yang cerah dan wajah yang indah. Sebenarnya, kita dapat meraih sejumlah keuntungan dari senyum. Pertama , senyum dapat meningkatkan penampilan. Agar kita tampil lebih manis, lebih menawan dan lebih menyejukkan . Kedua, Orang yang murah senyum akan jauh dari stres karena ia terhindar dari penyakit ketegangan. Jantungnya akan berdetak normal. Peredaran darahnya akan mengalir dengan baik. Karena, senyum mendorong hati menjadi ceria dan membuat kita awet muda. Menurut salah seorang dokter, senyum hanya mengandalkan 17 otot wajah, sementara cemberut membutuhkan tarikan 32 otot wajah. Inilah salah satu sebab mengapa wajah terkadang terlihat cepat tua bagi orang yang jarang tersenyum. Ketiga , Mereka yang ahli senyum akan merasakan pergaulannya menyenangkan. Hati kita terasa segar melihat ahli senyum. Keakrabannya sangat terasa. Suasana pergaulan bagi ahli senyum selalu hangat. Bahkan mampu menambah semangat dibanding dengan orang yang dalam pergaulannya selalu berwajah bermuram durja. Lebih dari itu, senyuman ternyata dapat meluluhkan emosi orang yang marah. Bila ada yang marah mendatangi kita, hadapilah dengan senyuman yang bening lagi tulus. Yang pasti, senyum semacam ini bakal mampu meredam emosi orang yang marah.... Kita harus memperhatikan situasi dalam tersenyum. Kapan waktu paling tepat untuk tersenyum, karena senyum yang terbaik lahir dari hati yang tulus dan tempat yang memungkinkan. Orang-orang yang memiliki kemuliaan, kematangan pribadi dan arif biasanya memiliki senyuman proporsional. Sebaliknya, mereka yang emosional, terbawa hawa nafsu dan berbuat keji cenderung memiliki senyum tidak proporsional. Untuk ini, mari kita melatih diri untuk tersenyum dengan tulus. Insya Allah, kalau kita tersenyum dengan proporsional, baik saat mengangkat atau menjawab telepon, berbicara dengan orang tua, berbicara dengan anak-anak kecil, akan membuat suasana terasa indah. Selain membuat kita merasa bahagia, orang lain pun menjadi tertarik dengan kemuliaan sikap kita. Karena itu, hadapilah perjalanan hidup kita dengan senyuman yang tulus Tersenyumlah Teman teman ,jadikan hari-harimu bahagia. Terima kasih telah baca artikel saya minta ma af apabila ada kesalahan dalam penulisan kata ,semoga hari mu menyenangkan Wassalam

Senin, 26 September 2016

Renungan Pagi

Assalamualaikum wr.wb Hayy Teman-temani di pagi ini saya akan menyajikan kata kata bijak sebagai renungan tentang kehidupan, perjalanan, dan perjuangan. Dalam hidup kita selalu bertemu dengan dua hal, yaitu peluang dan ancaman (opportunity and threat). Kebahagiaan hidup pun bergantung pada bagaimana kita memanfaatkan dan menggunakan peluang serta terhindar dari ancaman kehidupan. Peluang dan ancaman bisa berupa apa saja, datang setiap saat, mempengaruhi setiap langkah dan keputusan yang kita ambil serta implikasinya untuk masa yang akan datang. Untuk itu, semoga kita mampu menjadi manusia yang cerdas dalam memanfaatkan peluang serta cekatan dalam memahami ancaman. Apapun peluang yang kita ambil, maupun ancaman yang menghampiri kita, paling tidak menjadi proses dalam perjalanan, perjuangan, dan warna-warni kehidupan. Sekian dari ini kurang lebih nya minta ma af terima kasih telah membaca blog saya semoga ada manfa atnya Wassalamualaikum wr.wb

Jumat, 09 September 2016

TUJUAN HIDUP

(Assalamu 'alaikum Wr. Wb) Hayyy.teman teman disini aku akan share Tentang TUJUAN HIDUP langsung saja nih….. Semua manusia ingin bahagia, inilah tujuan hidup semua orang. Dan semua tahu bahwa untuk menggapai kebahagiaan diperlukan pengorbanan. Hanya saja, manusia sering keliru dalam mencari jalan kebahagiaan. Banyak orang yang menempuh jalan hidup yang menurutnya mengantarkan ke pantai kebahagiaan, padahal justru membawanya ke jurang kebinasaan. Celakanya, semakin jauh mereka menempuh jalan tersebut, semakin jauh pula mereka dari jalan yang mengantarkan kepada kebahagiaan hakiki. Banyak orang menyangka kebahagiaan ada pada harta. Karenanya, mereka berbondong-bondong mencari berbagai sumber harta dengan bersusah payah dan menguras tenaga. Setelah memperoleh harta, toh hati mereka tetap gundah gulana, tidak tenteram. Ada saja yang membuat hati mereka gelisah, dan pemicunya kadang dari anak, istri, dan terkadang dari usaha tempat menimba harta. Banyak orang menyangka bahwa pangkat dan kekuasaan adalah sumber kebahagiaan. Itu karena orang-orang yang memiliki pangkat dan kekuasaan terlihat begitu bahagia. Mereka pergi dijemput, pulang diantar. Ketika menghendaki sesuatu, mereka tinggal memesan. Dan ketika mereka memerintah, perintahnya tidak pernah ditentang! Padahal setelah diselidiki, setelah kita menembus dinding istana mereka, terdengarlah keluh kesah mereka, dan ternyata mereka belum menemukan kebahagiaan hakiki. Jadi, apa yang yang dimaksud dengan kebahagiaan hakiki? Kebahagiaan seperti apa yang seharusnya dicari manusia? Siapakah sebenarnya orang-orang yang berbahagia itu? Dan sarana apa sajakah yang dapat digunakan untuk mencapai kebahagiaan tersebut? Sebelum menjawab semua pertanyaan tersebut, perlu disadari bahwa manusia diciptakan oleh Allah. Maka, Dialah yang paling mengetahui seluk-beluk manusia, termasuk tentang sebab bahagia atau sengsara. Sama halnya dengan sebuah produk. Sekiranya kita hendak mengetahui hakikat produk tersebut, tentu kita menanyakan kepada sang pembuat, bukan kepada produk itu sendiri. Dalam hal ini, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus, Maha Mengetahui” (QS. Al-Mulk: 14) (Ust. Armen Halim Naro rahimahullah) …Terima kasih Telah membaca atrikel saya semoga bermanfa at dan apabila terdapat kekurangan dari artikel ini mohon di ma afkan .sekian dari ini ( Wassalamu 'alaikum Wr. Wb) September 2nd, 2016 Oleh Akhmad Danardi

Kamis, 08 September 2016

KEUTAMAAN WAKTU PAGI

(Assalamu 'alaikum Wr. Wb) Hayy Teman teman ,Tau gk Ternyata islam sangat peduli dengan dinamika dan semangat beraktivitas di awal waktu. Setiap hari selalu diawali dengan datangnya waktu pagi. Waktu pagi merupakan waktu istimewa. Ia selalu diasosiasikan sebagai simbol kegairahan, kesegaran dan semangat.Langsung saja nih yang petama. [Pertama] Waktu Pagi adalah Waktu yang Penuh Berkah Waktu yang berkah adalah waktu yang penuh kebaikan. Waktu pagi telah dido’akan khusus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai waktu yang berkah. Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim pleton pasukan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimnya pada pagi hari. Sahabat Shokhr sendiri (yang meriwayatkan hadits ini) adalah seorang pedagang. Dia biasa membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu dia menjadi kaya dan banyak harta. Abu Daud mengatakan bahwa dia adalah Shokhr bin Wada’ah. (HR. Abu Daud no. 2606. Hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud). Ibnu Baththol mengatakan, “Hadits ini tidak menunjukkan bahwa selain waktu pagi adalah waktu yang tidak diberkahi. Sesuatu yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada waktu tertentu) adalah waktu yang berkah dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik uswah (suri teladan) bagi umatnya. Adapun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan waktu pagi dengan mendo’akan keberkahan pada waktu tersebut daripada waktu-waktu yang lainnya karena pada waktu pagi tersebut adalah waktu yang biasa digunakan manusia untuk memulai amal (aktivitas). Waktu tersebut adalah waktu bersemangat (fit) untuk beraktivitas. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan do’a pada waktu tersebut agar seluruh umatnya mendapatkan berkah di dalamnya.” (Syarhul Bukhari Libni Baththol, 9/163, Maktabah Syamilah) [Kedua] Waktu Pagi adalah Waktu Semangat Untuk Beramal Dalam Shohih Bukhari terdapat suatu riwayat dari sahabat Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya agama itu mudah. Tidak ada seorangpun yang membebani dirinya di luar kemampuannya kecuali dia akan dikalahkan. Hendaklah kalian melakukan amal dengan sempurna (tanpa berlebihan dan menganggap remeh). Jika tidak mampu berbuat yang sempurna (ideal) maka lakukanlah yang mendekatinya. Perhatikanlah ada pahala di balik amal yang selalu kontinu. Lakukanlah ibadah (secara kontinu) di waktu pagi dan waktu setelah matahari tergelincir serta beberapa waktu di akhir malam.” (HR. Bukhari no. 39. Lihat penjelasan hadits ini di Fathul Bari) Yang dimaksud ‘al ghodwah’ dalam hadits ini adalah perjalanan di awal siang. Al Jauhari mengatakan bahwa yang dimaksud ‘al ghodwah’ adalah waktu antara shalat fajar hingga terbitnya matahari. (Lihat Fathul Bari 1/62, Maktabah Syamilah) Inilah tiga waktu yang dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari sebagai waktu semangat (fit) untuk beramal. Syaikh Abdurrahmanbin bin Nashir As Sa’di mengatakan bahwa inilah tiga waktu utama untuk melakukan safar (perjalanan) yaitu perjalanan fisik baik jauh ataupun dekat. Juga untuk melakukan perjalanan ukhrowi (untuk melakukan amalan akhirat). (Lihat Bahjah Qulubil Abror, hal. 67, Maktbah ‘Abdul Mushowir Muhammad Abdullah). Sekian dari ini kurang lebih nya minta ma af.apabila terdapat kesalahan dalam penulisan saya minta ma af . Terima Kasih Atas kunjungan anda. ( Wassalamu 'alaikum Wr. Wb)

Wali Allah (Permata Kalimantan)

(Assalamu 'alaikum Wr. Wb) Hayy teman teman kali ini saya akan memposting sedikit tentang Riwayat Tuan Guru KH.Syarwani Abdan atau Guru bangil,Beliau salah seorang guru dari ‘Alimul Fadhil Tuan Guru H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Guru Sekumpul).Langsung saja nih riwatat beliau KH.Syarwani Abdan/Guru bangil Guru Bangil yang bernama lengkap H. Muhammad Sjarwani Abdan bin H. Muhammad Abdan bin H. Muhammad Yusuf bin H. Muhammad Shalih Siam bin H. Ahmad bin H. Muhammad Thahir bin H. Syamsuddin bin Sa’idah binti Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dilahirkan di Kampung Melayu Ilir Martapura. Tidak diketahui secara pasti kapan tanggal kelahiran beliau, dari beberapa catatan yang ada hanya dituliskan tahun kelahiran beliau, yakni pada tahun 1915 M/1334 H. Menurut silsilahnya, Guru Bangil merupakan zuriat ke-8 dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, dari istri Al-Banjari yang kedua, yang bernama Tuan Bidur. Moyang Guru Bangil yang bernama Sa’idah adalah anak dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan Tuan Bidur. Sa’idah memiliki saudara tiga orang, yakni ‘Alimul ‘Allamah Qadhi H. Abu Su’ud,[3] ‘Alimul ‘Allamah Qadhi H. Abu Na’im, dan ‘Alimul ‘Allamah Khalifah H. Syahabuddin. Guru Bangil terlahir dari keluarga yang agamis dan dikenal luas oleh masyarakat Martapura sebagai ‘keluarga alim’. Ayahnya bernama H. Muhammad Abdan bin H. Muhammad Yusuf, sedangkan ibunya bernama Hj. Mulik. Guru Bangil mempunyai 7 orang saudara kandung, nama-nama saudara Guru Bangil tersebut adalah: H. Ali, Hj. Intan, Hj. Muntiara, Abd. Razak, Husaini, Acil, dan H. Ahmad Ayub Selain mempunyai saudara sekandung yang berjumlah 7 orang, Guru Bangil juga mempunyai saudara seayah, di antaranya adalah Abd. Manan dan H.M. Hasan. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang dirasakan oleh Guru Bangil. Berdasarkan catatan H. Abu Daudi dalam bukunya, “Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari: Tuan Haji Besar”, sejak kecil Guru Bangil sudah dikenal sebagai seorang yang memiliki himmah kuat untuk belajar dan menuntut ilmu, terutama ilmu agama.[4] Beliau dikenal sebagai anak yang rajin dan tekun dalam belajar, sehingga disayangi dan disenangi oleh guru-guru beliau. Terlebih-lebih beliau berasal dari dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang agamis dan “Serambi Mekkah”, Martapura.[5] Karena itu, di samping dididik dalam lingkungan dan oleh keluarga, Guru Bangil juga mendapat didikan dan mulai menyauk ilmu agama di Pesantren Darussalam Martapura[6] dan dari sejumlah ulama besar yang hidup pada waktu itu, antara lain kepada ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru H. Kasyful Anwar bin H. Ismail, ‘Alimul Fadhil Qadhi H.M. Thaha, dan ‘Alimul Fadhil H. Isma’il Khatib Dalam Pagar, Martapura. Beliau juga pernah belajar ilmu agama dengan Guru Mukhtar Khatib, di mana menurut cerita yang berkembang, beliau belajar sambil mengayuh jukung (perahu).[7] Setelah cukup banyak belajar ilmu agama di Martapura, Guru Bangil pada usia yang masih muda meninggalkan daerah asalnya Martapura menuju pulau Jawa dan bermukim di kota Bangil, dengan satu tujuan memperdalam ilmu agama Islam. Selama beberapa tahun di kota Bangil, beliau sempat belajar dan berguru pada ulama-ulama terkenal di kota Bangil dan Pasuruan antara lain K.H. Muhdor, K.H. Abu Hasan, K.H. Bajuri dan K.H. Ahmad Jufri. Pada sekitar usia 16 tahun Guru Bangil kemudian melanjutkan belajar ilmu agama ke Tanah Suci Mekkah. Beliau berangkat bersama-sama dengan saudara sepupu beliau ‘Alimul ‘Allamah H. Anang Sya’rani Arif[8] di bawah pengawasan paman beliau ‘Alimul ‘Allamah H. Kasyful Anwar bin H. Ismail, yang pada saat itu juga sedang bermukim di Mekkah. Selama di Mekkah, Guru Bangil menuntut berbagai cabang ilmu agama dengan beberapa orang guru, di antaranya adalah kepada ‘Alimul ‘Allamah Syekh Sayyid Muhammad Amin Kutbi, Syekh Umar Hamdan, dan ‘Alimul ‘Allamah H. Muhammad Ali bin Abdullah al-Banjari.[9] Di samping itu, Guru Bangil juga belajar dan mengkaji ilmu kepada Syekh Sayyid Alwi al-Maliki, Syekh Muhammad Arabi, Syekh Hasan Massyath, Syekh Abdullah Bukhori, Syekh Saifullah Andagistani, Syekh Syafi’i Kedah, Syekh Sulaiman Ambon, dan Syekh Ahyat Bogori.[10] Abu Nazla menambahkan bahwa selama di Mekkah, Guru Bangil dan Guru Anang Sya’rani Arif juga belajar kepada Syekh Bakri Syatha dan Syekh Muhammad Ali bin Husien al-Maliki.[11] Selama mukim di Mekkah berbagai cabang ilmu agama telah dikaji dan dipelajari oleh Guru Bangil. Banyak pula silsilah sanad, ilmu dan amal yang beliau terima. Salah satu cabang ilmu yang menonjol yang dikuasai oleh Guru Bangil adalah ilmu tasawuf. Di bidang ilmu tasawuf ini, Guru Bangil telah menerima ijazah tarekat Naqsabandiyah dari ‘Alimul ‘Allamah Syekh Umar Hamdan dan ijazah tarekat Sammaniyah dari ‘Alimul ‘Allamah H. Muhammad Ali bin Abdullah al-Banjari.[12] Ijazah tarekat Idrisiyah diterima dari ‘Alimul ‘Allamah Syafi”i bin Shalih al-Qadiri.[13] Guru Bangil dikenal sebagai murid utama dan khalifah dari guru besar bidang tasawuf, Syekh Sayyid Muhammad Amin Kutbi untuk Tanah Jawa (Indonesia). Dari Syekh Sayyid Muhammad Amin Kutbi inilah Guru Bangil banyak belajar dan mengkaji ilmu, khususnya tasawuf.[14] Tidak mengherankan jika kemudian Guru Bangil menjadi seorang ulama yang wara, tawadhu’, dan khumul, hapal Alquran serta menghimpun antara syariat, tarekat, dan hakikat.[15] Guru Bangil juga merupakan salah seorang guru tasawuf dari ‘Alimul ‘Allamah Tuan Guru H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul.[16] Guru Bangil Tuan Guru H. Anang Sya’rani Arif dikenal oleh gurunya sebagai murid yang tekun dan menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu agama. Guru-guru mereka sangat sayang karena melihat bakat dan kecerdasan mereka berdua”. demikian yang tergambar dalam Manaqib Guru Bangil berkenaan dengan semangat dan ketekunan dua saudara sepupu tersebut dalam dan selama menuntut ilmu.[17] Bahkan, keadaan dan ketekunan mereka berdua selama menuntut ilmu di Mekkah juga diibaratkan, “Siang bercermin kitab dan malam bertongkat pensil”.[18] Sehingga wajar jika kemudian dalam beberapa tahun saja mereka berdua mulai dikenal di Kota Mekkah dan mendapat julukan “Dua Mutiara dari Banjar”. Bahkan mereka berdua mendapat kepercayaan untuk mengajar selama beberapa tahun di Masjidil Haram (Mekkah) atas bimbingan Syekh Sayid Muhammad Amin kutbi.[19] Guru Bangil di mata guru-gurunya memang dikenal sebagai seorang murid yang cerdas, namun beliau sendiri tidak mau menampakkan kecerdasan tersebut, beliau selalu sederhana dan bahkan merendahkan hati, sehingga banyak orang yang tidak tahu tentang beliau. Cerita tentang kedatangan beliau di Bangil dan tidak mau membuka pengajian karena penghormatan terhadap ulama yang ada di sana merupakan bukti kuat bahwa beliau adalah seorang yang tidak suka menyombongkan diri, sebaliknya bersikap hormat dan selalu rendah hati. Bahkan untuk menutupi ketinggian ilmunya setelah bertahun-tahun menuntut ilmu di Mekkah, selama tinggal di Bangil beliau menutupi diri dengan menjadi pedagang. Beliau juga tidak merasa kecil hati untuk belajar dan menuntut ilmu kepada para ulama yang ada di Kota Bangil dan Pasuruan. Menurut cerita salah seorang dari muridnya, dalam salah satu tausiyahnya (agar tidak sombong) Guru Bangil juga pernah berkata dan menyatakan bahwa beliau bukanlah orang cerdas sebagaimana yang disangkakan orang, beliau hanya rajin, tekun, dan bersungguh-sungguh dalam belajar, menjaga etika belajar, hormat dengan guru dan tawakkal kepada Allah.[20] Guru Bangil adalah seorang yang pandai menyembunyikan diri (tidak suka pamer, sombong, atau takabbur), walaupun memiliki ilmu agama yang luas.[21] Selama menuntut ilmu di Mekkah mendapat julukan “mutiara dari Banjar”, pernah mengajar di Masjidil Haram, namun beliau tetap rendah hati dan sederhana, sehingga di awal-awal berdiamnya beliau di Kota Bangil, banyak orang yang tidak mengetahui siapa beliau sebenarnya, kecuali sesudah diberitahu oleh Kyai Hamid yang merupakan Kyai Sepuh di Kota Pasuruan. Setelah lebih kurang 10 tahun mukim dan menimba berbagai ilmu agama di Mekkah, Guru Bangil kemudian kembali ke Martapura (Kampung Melayu Ilir) pada tahun 1941 serta mengabdikan ilmu yang telah didapat untuk masyarakat luas. Namun setelah kurang lebih berdiam selama 5 tahun di Martapura, Guru Bangil kemudian pindah ke Kota Bangil pada tahun 1946 menyusul keluarganya yang telah terlebih dahulu berdiam di sana. H. Kasyful Anwar, anak Guru Bangil yang tertua adalah generasi penerus dalam melaksanakan aktivitas pendidikan dan dakwah serta pengelolaan Pondok Pesantren Datu Kalampayan di Kota Bangil hingga sekarang ini. Di samping itu beliau juga tercatat sebagai seorang dosen tetap pada Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Setelah lebih kurang 10 tahun mukim dan menimba berbagai ilmu agama di Mekkah, Guru Bangil kemudian kembali ke Martapura (Kampung Melayu Ilir) pada tahun 1941 serta mengabdikan ilmu yang telah didapat untuk masyarakat luas. Namun setelah kurang lebih berdiam selama 5 tahun di Martapura, Guru Bangil kemudian pindah ke Kota Bangil pada tahun 1946 menyusul keluarga yang telah terlebih dahulu berdiam di sana. Sebelum beliau bepergian ke Bangil (dalam tahun 1945/1946), beliau sempat mengajar di Madrasah Al-Istiqamah Dalam Pagar Martapura,[25] namun pengabdian Guru Bangil di Madrasah Al-Istiqamah Dalam Pagar ini tidak lama, karena pada tahun 1946 beliau kemudian pindah dan hijrah ke Bangil, menyusul keluarga yang telah lama berdiam di sana. Setelah beberapa tahun berdiam di kota Bangil, Guru Bangil mulai mengajar dan mengabdikan ilmunya secara luas kepada masyarakat setelah mendapatkan restu dari Kyai Hamid Pasuruan yang merupakan ulama Sepuh pada waktu itu.[26] Di samping muthala’ah dan membuka pengajian, Guru Bangil juga mendirikan pondok pesantren untuk ‘kaji duduk’ ilmu-ilmu agama yang diberi nama Pondok Pesantren “Datuk Kalampayan” pada tahun 1970. Santri-santrinya kebanyakan berasal dari Kalimantan, terutama dari Kalimantan Selatan.[27] Pondok Pesantren tersebut langsung ditangani sendiri oleh Guru Bangil. Beliau juga aktif dan tanpa kenal lelah mengajarkan ilmu kepada para santri, sekalipun dalam keadaan sakit. Malam hari pun diisi dengan berbagai kegiatan amaliyah, halaqah, dan muthala’ah. Sehingga, banyak para santri beliau yang kemudian menjadi orang alim dan tersebar diberbagai daerah, baik di Kalimantan, Jawa, Sumatera, dan lain-lain untuk meneruskan perjuangan Islam. Terima kasih telah membaca artikel saya semoga yang membaca dapat barokah dan manfaat nya amiiin. minta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan .wassalamulaikum wr.wb

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri

Assalamualikum Wr.Wb Hayy teman teman kali ini saya akan memposting tentang "masa Depan akan datang dengan sendirinya" {Telah pasti dating nya ketetapan Allah,Maka jangan lah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya} (QS.An-Nahl:1) Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi! Apakah anda mengeluarkan kandungan sebulm waktu nya di lahirkan atau memetik buah buahan seblum masak? Hari esok adalah yang blum nyata dan dapat diraba ,belum berwujud,dan tidak memiliki rasa dan warna .Jika demikian ,mengapa kita harus menyibuan diri dengan hari esok ,mencemaskan kesialan kesialan yang mungkin terjadi pada nya ,memikirkan kejadia-kejadian yang akan menimpanya ,dan meramalkan bencana-bencana yang ada di dalam nya? Bukan kah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengan nya atau tidak,dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenangan atau kesedihan? Yang jelas,hari besok masih ada dalam alam gaib dan belum tun ke bumi.Maka,tidak sepantas nya kita menyebrangi sebuah jembatan sebelum sampai di atasnya .Sebab,siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu.bisa jadi kita akan terhenti jalan sebelum sampai ke jembatan itu, atau mungkin jembatan itu hanyut terbawa arus terlebih dahulu seblum kita sampai di atasnya.Dan bias jadi pula,kita akan sampai ke jembatan itu dan kemudian menyebrangi nya . Dalam syariat,memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka alam gaib,dann kemudian terhanyut dalam kecemasan kecemasan yang baru di duga diri nya,adalah sesuatu yang tidak dibenarkan .Pasalnya,hal itu termasuk thulul amal(angan-angan yang terlalu jauh ).Secara nalar,tindakan itu pun tidak masuk akal,karena sama hal nya dengan berusaha Perang melawan baying bayang .Namun ironis, kebanyakan manusia di dunia ini banyak yang termakan oleh ramala- ramalan tentang kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krisis ekonomi yang kabar nya akan menimpa mereka .Padahal semua itu hanyalah bagian dari kurikulum yang di ajarkan di”sekolah –sekolah setan” {Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir ) ,sedang allah janjikan untuk mu ampuan dari pada-Nya dan krunia } (QS.Al-Baqrah : 268) Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah yang meyangka diri mereka akan hidup kelaparan,menderita sakit selama setahun, dan memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi. Padahal, orang yang sadar bahwa hidupnya berada di genggaman yang lain tentu tidak akan menggadaikan nya untuk sesuatu yang tidak ada. Dan orang yang tidak tahu kapan mati, tentu salah besar justru menyibuan diri dengan sesuatuyang belum ada dan tak berwujud . Biarkan hari esok dating dengan sendirinya. Jangan pernah menanyakan berita, dan jangan pula menanti serangan petaknya. Sebab, hari ini anda sudah sangat sibuk. Jika anda heran, maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang berani menebus kesdihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit didalam nya dengan bersedih pada hari ini.Oleh karena itu,hindarilah angan-angan yang berlebihan. Diambil Dari buku LA Tahzan Karya(DR.Aidh al-Qarni).Terima Kasih .Wassalam

 
Terima kasih telah berkunjung di blog saya.. Semoga anda senang!!